Golput Itu Keniscayaan Demokrasi!
|
|
0 comments
B
ahwasannya negara telah menjamin kebebasan berpendapat bagi setiap warga negaranya. Ini berarti, apapun pilihan yang diambil masyarakatnya merupakan sebuah keniscayaan, sepanjang itu dapat dipertanggungjawabkan secara hukum dan di dalam kehidupan sosial masyarakat itu sendiri.
Demikian pula dalam pesta rakyat di dalam bangunan peradaban bangsa ini. Pilihan masyarakat untuk tidak memilih (golput) pun menjadi sebuah keniscayaan. Namun sayangnya, beberapa kalangan justru menilai pilihan itu merupakan sebuah “pilihan salah” seorang warga negara.
Saya sendiri merasa penilaian itu sangatlah tidak wajar dan sungguh tidak beralasan dalam iklim demokrasi seperti saat ini. Bukankah kesejatian demokrasi itu adalah kebebasan mengeluarkan pendapat, termasuk dalam hal memilih kandidat? Jika kita sepakat dengan hal ini, kenapa masih saja ada anggapan anggapan miring atas keberadaan golput di dalam bangunan peradaban bangsa ini?
Belakangan ini, golput memang telah menjadi “primadona” dalam setiap perhelatan pesta demokrasi dan politik di tanah air. Beberapa hal telah menjadi penyebab lahirnya pilihan masyarakat untuk tidak memilih tersebut. Tapi tentunya, keberadaan seorang calon pemimpinlah yang sesungguhnya mendominasi “upacara” ini. Artinya, kepercayaan masyarakat mulai memudar akibat minimnya kemampuan pemimpin untuk membawa perubahan bagi rakyat yang dipimpinnya.
Jika dicermati, dapat dikatakan saat ini masyarakat sudah sangat lelah dengan kehidupannya sendiri. Hal ini berarti, tekanan-tekanan yang menghimpit kehidupan mereka telah menciptakan sebuah rasa tak percaya akan kehadiran calon pemimpin baru, yang tak jarang hanya menempatkan rakyat sebagai “alat” semata. Ini adalah realita yang tak dapat dinafikan!
Berusaha memupuk kembali kepercayaan masyarakat tentunya menjadi sikap bijaksana yang harus ditempuh para calon pemimpin. Artinya, program-program yang dijanjikannya pada masa-masa kampanye haruslah sesuai dengan kemampuan masing-masing calon untuk menerjemahkannya.
Di sini diperlukan kejujuran diri untuk mengukur kemampuan dan intelektualitas mereka sebagai calon pemimpin. Karena disaat seorang pemimpin tidak dapat merealisasikan programnya sementara harapan masyarakat meningkat, saat itu pula citra pemimpin akan jatuh di mata masyarakat pemilihnya sendiri!
Category: Golput , NO Demokratis
0 comments
Trackback URL | Comments RSS Feed